Monday 10 October 2011

Not Just City Visa, But Bi Siti Bisa!

bentukan pasar tradisional 


Pemandangan seperti dalam ilustrasi di atas bagi saya sarat dengan makna.. PASAR.. tempat yang paling unik, dimanapun lokasi pasar itu berada, entah di tengah kota besar, kota kecil, malam hari atau siang hari. Tempat yang menurut saya satu-satunya dimana demokrasi ditegakkan di negara ini. Bayangkan disitu tidak mengenal perbedaan gender, agama, ras, umur.. pelaku ekonomi yang terkumpul di satu area sama-sama mematuhi hukum, mulai pembantu rumah tangga, anak sekolah, kuli, sampai keluarga pejabat. Semua  bertindak menurut porsinya masing-masing, bahkan preman pasar sekalipun menduduki posisi yang sangat penting di arena demokratif ini. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah dalam dinamika kehidupan pasar. Entah negara sedang perang, badut-badut politik sedang menari, berakrobat, atau reshuffle kabinet sedang berjalan.. PASAR must go on! Hukum pasar pun dari jaman ke jaman tetap menganut satu hukum saja, "ADA UANG ADA BARANG". 

Hukum pasar tetap berlaku, namun perkembangan jaman pun tetap melaju, seorang teman berpendapat, "Kamu pasti percaya teori saya, pasar tradisional di negara kita akan punah! Katakan tahun 2020.. dan akan digantikan dengan pasar modern waralaba seperti Seven Eleven, setelah Circle K."

"NO WAY!! selama masih ada kehidupan masyarakat Indonesia, pasar tradisional akan selalu hadir ditengah-tengah masyarakat!" itu jawaban saya.. Walau saya bukan ahli ekonomi, atau ahli di bidang kenegaraan, tetap saya akan berpendapat, PASAR tradisional memegang peranan penting dalam dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. mari kita lihat perbandingan positif dan negatif bentukan pasar tradisional dan modern.

bentukan pasar tradisional yang dimodernisasi

Pasar Tradisional:
Bisa dijadikan tempat belajar, dasar-dasar ilmu ekonomi barangkali dikembangkan dari pasar tradisional, sebelum ada orang-orang yang meraih gelar profesor. Arena bebas kapitalis! karena pemilik lapak di pasar tradisional bisa dari kalangan apa saja, ras mana saja, sampai jin pembantu penglaris dagangan pun mendapat peran penting, karena persaingan ketat yang terjadi di pasar tradisional. 

Bagi Kaum Hawa, pasar tradisional sangat tepat untuk menambah wawasan, misal: cara mendapatkan barang yang berkualitas baik sebanyak-banyaknya dengan harga semurah-murahnya, saat proses tawar-menawar harga barang, disitulah dialog interaktif terjadi, bisa saja kaum hawa mempraktekkan segala trik menawan demi mendapatkan hal di atas. Ah.. uniknya.. I LOVE Pasar Tradisional!! 

Tidak bisa dipungkiri, bentukan pasar tradisional tetap memiliki banyak kekurangan, diantaranya menjamurnya premanisme, kegiatan palak-memalak terjadi secara terang-terangan dengan alasan untuk jasa keamanan, belum lagi sampah buangan pasar, meskipun sebagian besar terdiri dari sampah organik.. tetap saja, namanya sampah kalau tidak cepat diangkut ke tempat semestinya, akan menimbulkan berbagai macam gangguan, dari mulai penyumbatan saluran air sampai penyumbatan kendaraan pada lalu lintas jalanan. Tapi menurut saya hal ini sangat mudah diatasi, bentukan pasar tradisional bisa diperbaharui, dari mulai lokasi, bangunan, dan manajemennya. Hal itu sudah mulai dilakukan pihak swasta dan bekerja sama dengan PEMDA setempat (berlaku bagi orang-orang PEMDA yang punya wawasan luas) hehe...

Ilustrasi di atas adalah bentukan pasar tradisional yang sudah dimodernisasi. Saya sendiri sebagai kaum hawa, memiliki hobi memasak (yang sangat erat kaitannya dengan kegiatan belanja ke pasar tradisional) sangat senang menyambut ide cemerlang ini, belanja di pasar tradisional jadi lebih nyaman.. for sure! (untuk kesan menarik ttg tempat unik bernama pasar tradisional, sepertinya harus ditulis secara terpisah!)


seven eleven 24hours
Pasar Modern
Bagi masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, mungkin tidak aneh lagi bila pemandangan pusat kota, di tepian jalan protokol kotanya makin dipadati bangunan-bangunan berhalaman parkir luas dengan papan reklame besar bertuliskan, CIRKLE K, atau yang teranyar SEVEN ELEVEN, mau memakai istilah mini market, super market, tetap saja sebetulnya ini bentukan pasar, tempat transaksi dengan hukum ADA UANG ADA BARANG.

Namun pasar yang satu ini tidak bisa saya sebut sebagai arena demokratif, jauh dari sebutan tempat belajar. Kenapa? Coba saja anda masuk ke dalam outlet pasar ini, apakah anda bisa melakukan tawar menawar? apakah anda bisa memilih barang suka-suka? apakah ada obrolan interktif antara pembeli dan penjual di dalamnya? sama sekali TIDAK ADA! Kita bagaikan robot yang digiring dari lorong ke lorong, mengambil barang dengan harga yang sudah dilipat gandakan, selesai dengan mengambil barang kebutuhan, langsung ke meja kasir, hampir sedikit kata-kata yang keluar dari mulut orang-orang di area pasar modern ini. memang tempat ini termasuk nyaman, dilengkapi dengan pendingin ruangan, dan musik yang menurut saya kadang-kadang malah mengganggu otak! saking kencangnya volume yang dipasang, membuat kita ingin cepat-cepat menyelesaikan aktivitas belanja, dan inilah ruginya.. tanpa sadar kita mengambil barang sekenanya, yang tidak harusnya dibeli malah banyak dibanding dengan kebutuhan yang seharusnya. Sampah? tetap saja namanya pasar pasti menyisakan sampah, tapi karena manajemennya sudah modern urusan sampah di tempt modern ini jadi seperti bukan masalah. 

Premanisme di pasar modern?? Ini hal yang sangat serius! Bila di pasar tradisional kegiatan preman hanya memalak para pedagang, tapi juga bersahabat dengan pedagang.. Di tempat-tempat seperti Circle K, atau yang teranyar sekarang SEVEN ELEVEN, justru sangat menghawatirkan. Tentu masih ingat kejadian bentrokan fisik yang terjadi di kota Bandung bulan lalu? taruhannya nyawa! ya! nyawa orang melayang! Memang bukan kesalahan manajemen Circle K, tapi tetap manajemen memeberi andil terhadap kejadian ini. 

Yang saya tahu, pasar-pasar modern produk kapitalis ini menjual minuman keras, dan dengan jam operasional pasar selama 24jam sehari. Tentu saja hal ini mengundang premanisme tumbuh subur. Orang-orang yang banyak meluangkan waktu malam harinya di arena pasar modern ini kebanyakan konsumen minuman keras, dan bebas mengkonsumsinya di pelataran pasar modern ini. Selanjutnya... Tidak heran bila akan sering terjadi hal-hal seperti yang menimpa korban maut di Circle K Jalan Patiukur Bandung bulan lalu.. Menurut berita yang saya baca, Pemda setempat terpaksa mengeluarkan peraturan baru untuk jam operasional pasar-pasar mdern ini.. Ah TELAT!!! 

Nah.. itu mungkin hal-hal kecil yang saya tahu tentang bentukan-bentukan pasar yang ada di Indonesia. Ini hanya opini sederhana seorang ibu rumah tangga... hehehe andai suara saya sebagai warga negara bisa didengar dewan terhormat negara ini... saya inigin menyampaikan satu hal:

"sebaik-baiknya pekerjaan adalah BERNIAGA" 
Eh.. terus apa hubungan judul tulisan ini dengan isinya?
hehehe ungkapan candaan ini sesuai dengan dinamika pasar tradisional Indonesia..
"Not Just City Visa, But Bi Siti Bisa"
Tidak hanya pemegang VISA (kartu kredit) yang bisa jadi pemilik lapak di pasar tradisional, atau menjadi konsumen pasar tradisional, tetapi kalangan Bi Siti (petani, kuli, dan sebagainya) BISA!!!