Tuesday 19 April 2011

The Last Poetry Of WS Rendra

Seringkali aku berkata,
ketika semua orang memuji milikku..

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipanNya
Bahwa rumahku hanyalah titipanNYa
Bahwa hartaku hanyalah titipanNya
Putraku hanyalah titipanNya

Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa DIA menitipkan padaku?
Untuk apa DIA menitipkan ini padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milikNya itu?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali olehNya
Ketika diminta kembali kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian
Kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apasaja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsu

Aku ingin lebih banyak harta, lebih banyak mobil, popularitas
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan
seolah semua derita adalah hukum bagiku

Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika:
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku
dan nikmat dunia kerap menghampiriku

Kuperlakukan DIA seolah mitra dagang dan bukan seperti kekasih
Kuminta DIA membalas perlakuan baikku
dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan hidup dan matiku untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu,bencana dan keberuntungan sama saja".





(Puisi terakhir yang ditulisnya di ranjang rumah sakit)
Selamat jalan.. Sang Maestro........