Sunday 10 April 2011

Simphony Is A Paradoks It's Self

Saya tidak sedang memikirkan seni akrobat di angkasa, atau politik, apalagi perang.. Ini hanya sebuah catatan kecil yang masih ada hubungannya dengan kegiatan yang akhir-akhir ini hampir menyita seluruh perhatian saya dalam keseharian, ini tentang H-13 Paradoks.. 

Pernahkah anda ada dalam kondisi yang 'aneh' dimana anda diposisikan sebagai pemicu terjadinya sesuatu, lalu semua orang mengangkat anda setinggi-tingginya, memuji, dan pasti lah menjadi pusat perhatian orang banyak. (?)

Manuver..
Tiba-tiba saja saya ada di posisi itu, senangkah saya? SAMA SEKALI TIDAK! Bayangkan.. ada di tengah orang-orang yang rata-rata berotak cerdas, banyak memiliki ide, dan senantiasa senang berinovasi, berkreasi, bereksperimen dengan ide-ide yang mereka miliki.. wow.. sesaat saya benar-benar merasa terasing ditengah keramaian, saya kesepian, saya ingin meronta.. tapi ternyata semakin saya meronta, semakin terasa ada sebuah tambang raksasa yang siap mengeratkan lilitannya di seluruh tubuh saya.. so.. apa yang harus saya lakukan dalam kondisi ini? Saya diam, pasif.. tidak melawan.. saya biarkan diri ini beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Ternyata, dalam keadaan tenang, tambang raksasa yang sempat melilit tubuh itu tidak semenakutkan yang saya kira, itu dawai-dawai harpa! yang bila saya sentuh akan mengeluarkan bebunyian tertentu. Jadi saya tidak menyentuhnya, saya pelajari satu persatu bebunyian itu, saya hayati, saya resapi, inginnya sampai saya hafal dengan kekhasan bebunyian itu, satu persatu! Tapi... waktu.. ya selalu ada sang waktu yang menjadi gong, hakim, juri.. Secepat kilat saya harus menentukan apa yang ingin saya dengar bila saya mainkan dawai-dawai itu.. Oh.. saya teringat sebuah simfoni indah, tapi indah menurut saya, akankah indah pula menurut orang-orang yang mendengarnya nanti? 

Ah! itulah yang ada dalam otak saya sekarang ini, seakan dilemparkan dalam ruangan gelap, lalu satu persatu lampu dinyalakan, layar lebar sepertinya siap dikembangkan, saya dan sebuah harpa ada di tengah-tengah panggung, saya tidak melihat berapa jumlah pasang mata yang tertuju pada panggung, sebaiknya saya tidak peduli dengan semua itu.. 

Kini.. saya dan sebuah harpa.. saya memohon waktu.. perkenankan kami memperdengarkan sebuah simfoni, jemari dan dawai-dawai pada harpa ini.. ya kami... saya dan dawai-dawai pada harpa ini..


*Note for all people in PARADOKS project, let's play it by key note: 'L' for LOVE