Tuesday 15 February 2011

Kesenyapan Diri




Ketahuilah teman, akupun seperti kamu manusia yang tak sempurna, berjalan menyusuri waktu bagai melayari samudera tak bertepi.
Samudera yang menjadi teman selain biduk dan dayung..kadang menerjang tanpa ampun, kadang dengan bantuan angin malah membuaiku untuk terlelap sejenak. 

Sementara ini kuakui..kadang aku berjalan tanpa tujuan, kadang seperti punya tujuan, atau kadang yakin dengan tujuanku. Padahal tujuan itu ternyata maya! fatamorgana belaka! Kala mentari menyengat, mebakar jiwa..aku merintih pilu meratap memohon belas kasihan, atau ketika badai menerpa, aku pun meraung kesakitan, menggigil dan terhuyung mencari tempat perlindugan.

Ketika bidukpun tak bersahabat dengan kondisi, aku akan sibuk menambal, menyapu, dan membersihkannya dari sampah yang kubuat sendiri.
Sendiri kulakukan segalanya..seolah aku manusia luar biasa yang bisa mengatasi segala kendala dan hambatan, Sendiri dalam kesombongan dan keangkuhan. Sendiri dalam tawa dan bahagia. 

Ada satu kurun waktu, kelelahan mendera, apapun yang ditawarkan kehidupan seperti tak kan membuatku bergeming, aku biarkan diri terpuruk di sudut gelap bayanganku sendiri. Tak kutolehkan mata atau jiwa sedikitpun, aku menikmarinya, menjadi manusia lemah selemah-lemahnya. Kubiarkan kesedihan dan nestapa menjadi nyanyian indah yang menina-bobokan jiwa, kubiarkan sumpah serapah menjadi doa-doa yang kulantunkan sebagai pengharapan dan penghiburan.

Aku manusia...jika hidup adalah pilihan! aku boleh sesuka hati menjadi apa yang kumau, aku boleh memilih, aku boleh menjadi diriku, atau tidak menjadi diriku.
Ah...samudera tetap terhampar untuk kulayari, ku tau ini tak berujung...sampai batas waktu menjadi sang hakim atas segalanya.