Friday 11 March 2011

I am What I am (1)



Pengakuan dari seorang homoseksual tentang
perjalanan hidupnya, ditulis langsung oleh yang bersangkutan,
tanpa editing sedikitpun, semoga berkenan.

Saya adalah saya...
Yups..nggak ada yang seperti saya... Hidup saya tidaklah seperti orang kebanyakkan. Normal mengenakan baju, berpenampilan ataupun bergaya layaknya mahluk yang menyandang predikat sebagai 'PEREMPUAN', tidak juga mengenakan baju, berpenampilan ataupun bergaya layaknya mahluk yang menyandang predikat sebagai 'PRIA'. Saya lahir dengan kondisi yang sangat utuh (thx to Lord Jesus..), perempuan. Tapi dengan melewati waktu, saya tetap sebagai perempuan tetapi lebih cenderung berpenampilan, bergaya, berpikiran bahkan menjalin hubungan layaknya pria normal. Yups...orang2 memberikan 'gelar' atau predikat keberadaan saya ini sebagai : HOMOSEKS, predikat atau sebutan untuk pencinta sesama jenis.


Saya adalah saya...
Keadaan saya yang seperti ini, mulai saya alami sejak saya kelas 4 SD. Jadi kalau di hitung berdasarkan umur, saat itu usia saya sekitar 9 tahun. Wow...usia yang masih teramat muda banget untuk memahami sensasi rasa yang ada. Believe or not, di usia itu, saya mulai suka dengan tante saya. Sampai sekarang pun saya masih ingat bagaimana penampilan tante saya itu. Lekuk tubuh yang wuokeh, sintal, padat berisi tapi tidak menjurus ke arah gemuk. Pokoke kalau di lihat dari kacamata laki2, tante saya ini bener2 hampir sempurna. Apalagi kalau tante saya sudah asik dengan rokoknya. Beeeuuuhhhh...dahsyat...bener2 elegant bangethh....


Saya adalah saya...
Jujur saja, sampai saat ini pun, saya tidak memahami kenapa saya 'beralih profesi' ke dalam kehidupan ini. Jangan di kira keluarga saya mendiamkan saya dengan ketidaknormalan ini. Kedua orang tua saya (papa sudah almarhum dari tahun 1989), melakukan banyak hal dalam upaya untuk mengembalikan posisi otak saya yang mungkin bagi beliau2 itu, otak saya bener2 gak beres. Semua itu di lakukan oleh kedua orang tua saya saat saya masuk usia remaja yang sudah mulai menunjukkan ciri2 penyandang predikat HOMOSEKSUAL. Mulai dari pendekatan secara formal antara orang tua dan anak, sampai panggil pendeta untuk tengking setan HOMOSEKSUAL yang buat mereka telah bercokol lama dalam diri saya...hehehe... Lucu kalau saya mengingat-ingat lagi kejadian itu.


Saya adalah saya...
Keberadaan saya ini, pernah di bahas oleh tante saya yang lain (bukan tante saya yang bahenol itu yah...). Berdasarkan cerita dari tante saya ini, saat saya masih dalam perut mama, baik mama ataupun papa memiliki keyakinan penuh kalau anak kedua beliau2 ini adalah laki2. Semua perlengkapan bayi, mulai dari baju sampai mainan, di beli atas keyakinan kalau anak kedua ini adalah laki2. Begitu yang keluar adalah saya, sempat kedua orang tua saya kaget. Langsung lah barang2 yang sudah di beli, di tukar lagi sebagaimana layaknya anak perempuan yang lahir. Cerita ini juga di kuatkan dari cerita2 om-tante saya yang lain begitu juga opa-oma saya. Ada salah satu cerita yang sampai saat ini buat saya merasa...entah lah...tidak bisa saya ungkapkan dengan kata2. Cerita yang lain itu adalah tentang papa. Saat saya masih dalam perut mama, papa sangat berharap banget kalau keturunan beliau yang kedua ini adalah laki2. Soalnya papa sudah mendapatkan anak perempuan dari kehamilan mama saya yang pertama alias kakak saya adalah seorang perempuan. Papa sangat mengharapkan anak kedua adalah laki2 karena bagi papa, keturunan laki2 akan membawa marga keluarga. Tapi ternyata yang lahir adalah saya... Sorry, pap...


Saya adalah saya...
Benarkah hal yang saya ceritakan ini adalah salah satu hal yang buat saya lahir dengan predikat yang sudah saya sebut tadi...?? Entah lah...semua ini misteri dari Sang Pencipta. Saya cuma salah satu mahluk yang hadir di dunia ini dari antrian yang (mgkn) begitu panjang sampai sekarang di atas sana. Saya hanya jalanin apa yang ada di hadapan saya. Maksud saya, sejak saya sudah mulai bisa merangkak dan berjalan, semua pekerjaan rumah, seperti genteng bocor, bersihin saluran got yang mampet, pasang pipa ledeng sampai ngecat tembok, bukan adik2 saya yang lahir sempurna sebagai laki2 yang di ajak papa tapi saya yang di ajak papa untuk membenahi semua itu...hhhhhhh....


Saya adalah saya...
Waktu terus bergulir. Usia saya semakin matang dalam mengarungi hidup ini. Walau banyak pertentangan yang saya hadapi dalam rangka mengikrarkan predikat yang lagi saya sebut HOMOSEKSUAL, tetap semua itu saya jalani. Sampai saat saya masuki usia yang hampir kepala 4 ini, saya tetap bersyukur dengan keberadaan siapa diri saya ini. Tidak ada lagi yang harus saya tutupi dari siapa pun. Karena saya berpikir, ini lah saya...SAYA ADALAH SAYA... 



*next.. SAYA ADALAH SAYA, KETIKA..



(Jakarta March 11, 2011)
JOE