Wednesday 23 March 2011

Prosa Peri Laut (Kembali)




"Sudah lah.. mungil, ayo ganti pakaianmu, kamu tidak cocok dengan warna kelabu itu.." Aku benci melihat wajah rembulannya yang semakin kumuh, dari kemarin malam peri laut tak bisa berhenti menangis, aneh! kupikir dulu aku sempat benci, lalu merindukan kehadirannya lagi dalam mimpi, sekarang semakin aneh, ada semacam ikatan yang menguat diantara kami, hmm dalam hati aku berjanji, kelak akan kuhadiahkan sesuatu untuknya, semoga sampai pada waktunya nanti dia tak berubah pendirian lagi. "Aku sudah tak dibutuhkan lagi di dalam mimpimu, aku hanya menambah parah lukamu, aku benci diriku kini, aku benci dia yang sudah mempermainkan perasaanmu, aku benci semua ini.." Dan sungai yang berhulu dari matanya mulai mengalir lagi. 

Kupeluk lagi tubuh mungilnya, "Mungil, mari kita endapkan sejenak semua yang telah kita lalui bersama.. Adakah kau tahu, semua yang sudah dan akan terjadi memang bukan suatu kebetulan, semua berjalan menurut kehendak NYA, kamu, aku, atau dia bukanlah yang kuasa mengatur segalanya atas kehendak diri sendiri, ayo mungil.. hentikan dulu tangismu, kau tahu harusnya aku yang menangis, bukan kamu.."

"Tapi aku benci dia sekarang ini, untuk apa dia lakukan semua itu? untuk apa?" Nampaknya peri laut belum bisa mengerti apa yang sudah kufahami.. baiklah aku harus perlahan menyampaikan semua padanya, "Peri Laut, jawab dulu pertanyaanku yang ini.. maukah kau tetap jadi sahabatku? mau kah kau tetap menjadi tamu istimewa dalam mimpi-mimpiku?" Dan mata bintangnya menatapku dengan penuh tanya, beberapa saat tak ada suara diantara kami, tapi tangisnya sudah berhenti. Pelukan kami semakin erat, menghangatkan dan mampu mencairkan dua hati yang sempat membeku, membiru.

"Dengar sahabatku, telah kufahami sebuah makna dari potongan kisah ini. Betul..aku terluka sobat, aku terluka.. sakitnya membuat seluruh nadi di tubuhku berteriak, menjerit, berontak. Hampir saja aku tak kuasa menahannya, hampir saja aku dibutakan rasa sakitnya.. beruntungnya aku, kau datang tepat pada saat aku membutuhkan seseorang agar bisa membuatku terbangun dari mimpi yang bersanding dengan luka itu.. kau anugerah bagiku, peri laut.. kau sengaja dikirim Tuhan untuk ku, kita harus mensyukurinya, maka aku akan menahanmu, aku akan mengikatmu dengan sebuah tali, persahabatan. kau tahu.. seorang sahabat lah yang datang kala kita dalam kesulitan, kesedihan, sahabatlah yang mampu membangunkan kita dari mimpi yang melenakan.

Tentang cinta, kini aku faham dengan sepenuh hatiku, benar.. kamu benar.. dia lah yang telah datang dan mengabarkan cinta padaku, karena dia lah aku mengenal cinta, karena dia lah aku tahu bagaimana aku bersikap atas nama cinta. Sudah kulakukan semampuku, mendengarnya, mencai tahu tentang dia, mengindahkan segala inginnya, dan aku pernah harus kehilangan jati diri hanya karena inginkan kehadirannya disampingku. 

Inginku lah yang kemudian menjadikan luka, bukan dia, bukan cintaku.. Sekarang kukatakan padamu sahabatku, aku akan tetap mencintainya, seperti yang pernah kujanjikan padanya, dia lah orang terakhir yang benar-benar berhasil membuat aku mengerti tentang cinta, sudah sepantasnya kupersembahkan semua secara utuh.. cintaku seutuhnya.. Lalu.. bagaimana kusampaikan semua itu? tak perlu lagi aku memintamu, tak perlu lagi aku berteriak-teriak meminta perhatiannya, aku akan menyimpan di suatu ruang.. "KEABADIAN", karena bagiku.. itulah keutuhan CINTA."

"Lalu, untuk apa aku menjadi sahabatmu?" Mungil sayang.. kau belum mengerti juga? Peri Lautku... "Mungilku, bukankah kau pun penghuni keabadian?" 

"Mari sahabat, kita kembali berdendang, berlari, bermain sepuas hati.. mari sahabatku.. Aku menyambut mu dengan penuh kebahagiaan.. Tak akan ada luka diantara kita, tak akan ada penghianatan, tak ada sakit, aku orang yang paling beruntung, Tuhan menghadiahiku seorang sahabat yang datang dari ruang keabadian, kuartikan... Tuhan berkenan dengan pertukaran yang kulakukan, kusimpan cinta di ruang keabadian, dan kau datang sebagai penggantinya."

Kami tersenyum, ku yakin dua hati milik kami pun tersenyum
Malam ini bulan tertutup mega mendung.. namun aku yakin jutaan bintang yang bertaburan di langit tinggi menemani kami dalam sepi.





sahabatku, peri laut
kau akan tetap menjadi tamu istimewa dalam mimpi-mimpiku