Tuesday 22 March 2011

Prosa Peri Laut (Pilu Hatinya)


"Hai peri kecil, kenapa kau murung? lihat.. bintang dimatamu tak lagi berpijar terang, apakah hujan menghalangimu di perjalanan tadi?" Gadis kecil itu hanya menatapku dari sudut ruang yang meremang, ah.. peri laut, jangan bersedih, kau hanya membuat mega mendung berarak riang, hingga sinar bulan tak dapat menepi di daun jendela kamarku.

"Maaf.. aku tak bisa menembus mimpinya, sempat kubahagia demi melihat isi mimpinya di permukaan, tapi sesuatu telah menahanku, hingga aku terlontar keluar dari kotak mimpinya.."  Dia menunduk, duh.. jangan kau teteskan butir mutiara itu peri.. aku tak bisa melihatmu sendu, bukankah kau identik dengan dentingan lonceng riang? celotehmu harusnya berisi marah atau senandung indah..

"Peri.. aku sudah bilang, kita tak akan lagi membicarakan dia, dan aku sudah katakan, kali ini biar aku yang memintamu pergi ke tempat-tempat yang kusuka..bukan tempat yang kau suka.." Kini matanya mulai meredup, denyar halus kelopak matanya mengisyaratkan turunnya hujan rintik  menganak sungai. Aku diam.. kutatap lekat wajah cemerlang itu, ingin ku meraihnya dalam peluk hangat, aku tak sanggup melihat dia menangis, peri kecilku identik dengan gemerincing lonceng, suaranya riang, bukan pilu seperti ini.

"Dengarlah dulu, sekali ini harus kusampaikan.. bukankah keberadaanku dalam mimpimu, adalah karena dia..? Aku memilihmu sebagai penyambung rasa, dan aku pernah berhasil, sekarang aku ingin menjadi penyambung rasa, aku harus berhasil, kita sudah bersahabat, kita selalu bertemu, kau sudah merelakan malam-malammu untuk kudatangi, kuisi dengan celotehanku." Tangannya memberi isyarat agar aku diam, rupanya dia benar-benar ingin mencurahkan perasaannya kali ini, lalu kubiarkan dia melanjutkan celotehnya..

"Aku bermaksud menyampaikan pesanmu kemarin, lalu kudatangi mimpinya, ya.. benar! Dalam mimpinya hanya ada kamu, kamu yang terindah, kamu permaisurinya, aku bahagia melihat semua itu.. tapi.. ketika tubuhku ingin menari, aku terlontar, terjatuh, masuk dalam kotak besar.. aku melihat dia tertidur di atas ranjang yang berantakan, lalu..." Dia mulai terisak.. kurengkuh tubuh mungil yang menggigil, kudekap dengan hangat, isaknya pilu, bagai pesan yang dia kirimkan dari dasar lubuk hatinya. Lama kubiarkan dia merintih pilu, meratap, menyanyikan dendang sang  phoenix yang berduka..

"Saat kutersadar, aku ada di dalam kamarnya, kulihat dia tertidur lelap, dan.. dan.. disamping tubuhnya kulihat tubuh seorang perempuan, itu bukan kamu.. itu bukan mimpi.. aku tak suka! aku ingin perempuan itu tak ada disitu! aku marah! Bagaimana bisa? dalam mimpinya hanya kamu, kamu tersenyum mesra, dia merengkuh tubuhmu.. kalian berdua bahagia.. Bagaimana bisa aku salah melihat? itu bukan kamu! Aku mencoba berteriak sekeras-kerasnya, sempat dia terlonjak kaget, terbangun, lalu termenung lama.. Aku ingin memakinya, ingin menyakitinya, ingin dia tersadar, aku ingin dia tak melakukan.." Oh.. peri laut.. aku tak bisa menjawab, aku tak bisa berkata-kata, mari mungil kuraih kau dalam peluk ku, jangan bersedih, jangan mendendam, biarlah.. biarkan dia menentukan apa yang ingin, atau apa yang harus dia lakukan, mari mungil, mari berpelukan, akupun berduka dengan apa yang kau lihat, aku yang tersakiti, hatiku yang teraniaya. 

peri laut..gadis kecil dalam mimpiku :'(